Ketemu hantu di Singapore Biennale 2025

Singapore Biennale 2025 adalah salah satu event seni terbesar di Singapura yang diadakan setiap 2 tahun sekali. Event ini berlangsung sejak 31 Oktober 2025 hingga 29 Maret 2026. Tema Singapore Biennale kali ini berjudul “Pure Intention” yang berarti niat baik. Tema ini membahas bahwa seringkali memiliki niat baik saja belum cukup dan bisa menimbulkan persepsi negatif jika tidak diimplementasikan dengan benar.


Singapore Biennale 2025 tidak hanya diselenggarakan di satu tempat saja, melainkan terletak di berbagai lokasi. Dimulai dari Former Raffles Girls School (20 Anderson Street, Singapore Art Museum, Lucky Plaza, National Gallery Singapore, Far East Shopping Center, Peninsula Plaza, Tampines Regional Library, Oldham Theatre, Fort Canning, Jurong Regional Library dan masih banyak lokasi lainnya. Untuk dapat menikmati seluruh aktivitas di Singapore Biennale, pengunjung harus membeli tiket masuk sebesar SGD 25.


Pada pertengahan November lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu lokasi pameran di sebuah kompleks bekas sekolah perempuan yang bernama Raffles Girls School. Lokasi yang cukup strategis karena berdekatan dengan Orchard Road, tempat berkumpulnya para turis mancanegara untuk menikmati dekorasi natal akhir tahun. Saya mengunjungi lokasi tersebut diantar oleh seorang teman, sepulang dari kunjungan kami ke kediaman salah satu kolektor seni muda.


Setelah berpamitan dengan teman, saya pun masuk ke area sekolah tempat diadakannya pameran. Saya disambut oleh dua orang kakek di bagian reception bangunan tersebut— ramah namun juga misterius, kemudian saya dipersilakan untuk melakukan registrasi. Saya bertemu dengan petugas wanita muda dengan seragam kaos Singapore Biennale dan diminta untuk masuk ke sebuah Audio Visual Room dimana terdapat karya Diakron & Emil Rønn Andersen, seniman yang berasal dari Denmark. Karya ini banyak bercerita soal hubungan manusia dengan teknologi, mengeksplorasi adanya tujuan yang baik di setiap inovasi teknologi. Saya rasa karya ini sangat sesuai dengan tema pilihan tahun ini.


Saat sedang menyelami karya tersebut, saya merasa seperti sedang diperhatikan oleh seseorang dari sebelah kanan. Sontak saya menoleh dan saya bisa melihat sebuah sosok bayangan hitam dalam ruangan gelap. Disaat bersamaan, di sisi pintu sebelah kiri ada seorang ibu muda dengan dua orang anaknya masuk juga ke ruangan tersebut sehingga perhatian saya pun teralihkan ke karya seni dan orang lain yang masuk ke dalam ruangan. Saya mulai mengatakan kepada diri saya sendiri bahwa apa yang saya lihat mungkin hanya sebuah sugesti. Namun perasaan “diawasi” tersebut tetap tinggal. Mungkin ini magis dari Singapore Biennale, dimana ruang juga berbicara, seluruhnya turut menjadi bagian dari pengalaman. Atau mungkinkah ruangan tersebut memang berhantu?